Belajar Renang

Beberapa hari yang lalu untuk ketiga kalinya aku menceburkan diri dalam kubangan air jernih setinggi 250cm. Tubuhku belum mengenal air lebih jauh. Tapi aku pikir tubuhku mau untuk mengenalnya. Tidak mudah untuk bisa menyatu dengan lingkungan, karna berada di kubangan air bukan jadi bagian utamaku. Takut ketika ku berada jauh dari teman-temanku *mereka kuanggap sebagai tim SAR jika aku mengalami hal-hal diluar kemampuan.
Aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan partikel air, bahkan ketika itu bisa membahayakan bagian tubuhku yang lain. Berada dalam posisi yang aku anggap aman *tangan bisa menjangkau pegangan besi tepi kolam. Mulai aku menikmati pengenalanku. Ternyata dia tidak sejahat yang aku kira. Aku mengapungkan diri meski beberapa kali harus segera menggapai besi pengaman itu. Tak hanya itu karena paniknya aku gak bisa mengendalikan tubuhku hingga harus berusaha menyelamatkan diri, aku terjerumus sendiri dan harus berusaha tenang untuk keluar dari kepungan itu. Berulang kali kucoba lakukan, paling tidak aku sedikit lebih mengenalnya.

Cerita tersebut adalah pengalaman saya ketika belajar berenang -belum bisa sama sekali untuk berenang. Untuk menjadi (sedikit) bisa dibutuhkan keberanian. Berani untuk mengalami kondisi buruk jika terjadi. Juga perlu strategi jika keadaan buruk terjadi, misal posisi, tindakan yang bisa segera dilakukan, mencari partner (sebagai trainer, penolong), dsb.

Jadi, lakukan apa yang bisa dilakukan, berani mencoba, lihat pengalaman, cari strategi, cari partner, dan coba lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menemukan Sukacita dalam Keseharian: Refleksi Seorang Programmer tentang Iman

Tela Telo

Dalam Anugerah-Nya