Memasak Kode



Saya bukan koki yang ahli dalam memasak. Tapi saya bisa mengolah masakan, paling tidak untuk diri sendiri. Tidak setiap hari atau rutin memasak, hanya pada saat-saat ingin melakukan saja. Karena memasak membutuhkan waktu yang tidak singkat, dimulai dengan menyiapkan bahan, belanja, membuat bumbu, dan sampai proses memasaknya. Lama atau tidaknya tergantung pada jenis masakan yang dibuat, tapi yang jelas menghabiskan lebih cepat daripada membuatnya. Namun ada kebahagiaan tersendiri kalau masakan yang dibuat dapat habis, berarti sukses dalam memasak. Mungkin inilah yang dirasakan para ibu, ada kebanggaan dan kebahagiaan karena masakannya bisa dinikmati (meskipun ada kalanya terpaksa/dipaksa harus menikmati), artinya usaha untuk memasak tidak sia-sia. 

Memasak sebagai salah satu jalur kreatifitas. Meskipun saya tidak ekspert pada bidang ini, yang jelas ada masakan yang bisa dibagi dan dinikmati bersama dengan orang lain. Masakan juga adalah sebuah hasil karya, hasil dari sebuah pemikiran (termasuk mikir mau masak apa) dan tindakan. Masalah enak tidaknya urusan belakang, yang penting ada hasil, masakan bisa dimakan, dan memiliki cita rasa. Memasak adalah seni, ada kreatifitas didalamnya, karena ada kalanya bisa menambahkan apa saja yang cocok (meskipun dicocok-cocokin), bisa menggunakan gaya yang berbeda dalam mengolahnya, yang penting jelas akan dibuat apa. Pengetahuan dan pengalaman sangat mendukung, jadi untuk menghasilkan masakan yang enak dibutuhkan jam terbang yang banyak juga (tapi kalau tiap hari harus masak saya tidak mau, ada yang lebih penting daripada melakukan hal ini, he..). Jadi kuncinya mau melakukan, mau untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dinikmati. 

Setelah asik memasak dan menyantap, ada jalur kreatifitas lain yaitu menulis kode. Dibanding dengan memasak, saya memiliki hasrat (passion) yang besar pada bidang ini. Sebagian waktu saya hampir dihabiskan hanya dengan berkomunikasi dengan mesin. Keterampilan yang tidak semua orang miliki, bisa berkomunikasi, berdiskusi, bahkan berdebat dengan mesin. Sulit, memang. Karena itu harus mengerti bahasa, logika, dan karakter mesin. Inipun bukan hasil yang instan karena membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang besar. Selain quality time, juga harus memiliki quantity time. Harus bisa memahami pola, karakter, kemampuan, atau semua layanan yang dimiliki sehingga benar-benar bisa menggunakannya dengan baik. Perjuangan tidak pernah berhenti karena sang mesin senantiasa memiliki kecenderungan untuk berubah, yang berarti juga harus tahu perilaku yang baru dan itu harus dipelajari. 

Tentang menulis kode, sama halnya dengan masak. Ada peralatan, ada bumbu, ada yang memasak, ada yang menikmati. Cara memasaknya pun berbeda, tergantung pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman si penulis kode. Mau bikin apa juga kadang tergantung yang mau makan (pengguna). Nanti kalau dibuatkan yang hanya sesuai keinginan sendiri, pengguna tidak suka, sia-sialah pengorbanan, sudah capek-capek membuat, dibuang begitu saja. Jadi sebelum menulis kode pastikan bahwa nantinya (hasil akhir) pengguna, paling tidak diri sendiri bisa menikmatinya. Pengguna ingin satu kemampuan, tetapi bisa jadi ada ribuan baris kode yang harus diubah. Untuk itu perlu menulis kode dengan cara yang benar, bagaimana menulis kode yang baik, yang bisa untuk dikembangkan, bisa dibaca dengan mudah, bisa dikerjakan bersama-sama dengan tim. Menghasilkan produk yang baik yang bisa dinikmati adalah tujuan menulis kode, dan mengekspresikan pemikiran melalui kode adalah seni bagi seorang programmer. 

Memasak ataupun menulis kode, sama-sama menghasilkan sesuatu. Memasak dan menulis kode sama-sama bisa dinikmati; bisa dinikmati ketika dalam proses pembuatannya, bisa dinikmati ketika sudah dalam bentuk jadi (produk).
Jadi mari berkreatifitas melalui apa yang bisa Anda lakukan sesuai dengan minat Anda. :-)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tela Telo

Menemukan Sukacita dalam Keseharian: Refleksi Seorang Programmer tentang Iman

Belajar Menggambar