Masa Abnormal




Sudah kita ketahui bersama, bahwa sudah sejak Maret 2020 virus corona masuk ke Indonesia. Masyarakat mau tidak mau harus berhadapan dengan Covid-19 dalam menjalani aktivitas hariannya. Penerapan social distancing yang kini menjadi physical distancing menjadi keseharian masyarakat. Orang yang sering berkumpul, ngobrol, salaman, cipika-cipiki digantikan dengan kebiasan baru untuk tidak melakukan hal itu, dengan hanya memberi salam atau melakukan pertemuan secara online. Perkantoran terpaksa melakukan sistem kerja dari rumah, sekolah melakukan sistem pembelajaran dari rumah, bahkan peribadatan harus dilakukan dari rumah juga. Mau tidak mau semua orang dipaksa berdiam di rumah untuk melakukan aktivitas hariannya. Apakah tidak bosan? Itu bukan pertanyaan yang perlu dijawab, bukan sekedar bosan atau tidak bosan. Kami melakukan untuk menahan laju persebaran virus, sekaligus kami juga mencoba mencari solusi terhadap situasi ini.

Masa ini adalah masa yang tidak lazim bagi kami semua, masa krisis, masa abnormal. Kami semua dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa kami lakukan, pola hidup dan juga pola pikir kami berubah, dan itu nantinya yang akan menjadi kebiasaan yang baru. Masa sulit ini memaksa kita semua untuk beradaptasi, masyarakat diajak untuk bersama-sama berfikir, dan menerapkan cara hidup yang baru untuk bisa survive menghadapi situasi ini. Namun bukan hanya survive tapi juga menyiapkan segala sesuatu untuk masa yang akan datang. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk bangkit dan memikirkan langkah strategis bagi kita semua, baik dari sisi pribadi, keluarga, masyarakat, maupun sisi kerohanian.

Teknologi memegang peranan penting dalam situasi ini. Apa jadinya tanpa teknologi, pembatasan sosial pasti benar-benar terjadi. Dengan teknologi, jalinan relasi masih bisa terjadi meskipun terpisah ruang dan waktu, teknologi memungkinkan manusia terhubung dan berkolaborasi. Orang yang dulunya tidak bisa memaksimalkan teknologi, setidaknya saat ini adalah waktunya. Handphone yang mungkin dulunya hanya untuk bersosial media sekedar bereksistensi diri, sekarang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan diri, baik secara sosial, pengetahuan, maupun spiritual. Organisasi atau personal yang dulu belum mempunyai lahan digital, sekarang membangunnya sedikit demi sedikit untuk bisa terus melayani, sehingga keberadaannya di dunia digital menjadi ada, menjadi dampak bagi banyak orang.

Sekaranglah waktunya, masa abnormal, bersama-sama berfikir kritis dan kreatif untuk menghasilkan karya, pola pikir, gaya hidup yang baru. Tidak gampang, memang. Tapi kita sama-sama berjuang untuk mencari solusi dari situasi saat ini. Melayani dan mengasihi bangsa, negara, dan dunia ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tela Telo

Belajar Menggambar

Menjadi Programmer Kristen